Rabu, 29 Mei 2013

BUNDA, MENGAPA AKU TIDAK CANTIK? (UNTUK ANAK INDONESIA)





"Bunda, mengapa aku tidak cantik?" Sasha menatap wajah bunda yang teduh.
"Masa, sih? kamu tidak cantik?" Bunda kembali bertanya, kaget mendapati anaknya yang galau.
"Iya, semua bilang aku tuh jelek, enggak kayak Bunda. Bunda putih, mancung, tinggi.." bibir gadis kecil itu melengkung, cemberut.
"Yang ngomong gitu siapa?"
"Semua teman-temanku, Bun. Lina, Putri, Rifa, Kasya..Denni juga ikut-ikutan," bibir itu semakin melengkung, matanya mulai basah, menangis. Perempuan lembut yang dipanggil bunda itu mengelus kepala putrinya, kepala yang dihiasi rambut keriting.
"Sayang..., Bunda dulu juga tidak cantik, Bunda sangat jelek dan sering diolok-olok teman," mendengar itu, mata mendung gadis kecil itu membulat.
"Oya? kok bisa Bun? ah..Bunda bohong. Trus biar cantik Bunda luluran ya? ke salon? gimana Bun? ajarin doooong..," suara gadis kecil begitu bersemangat, ah! Bunda pasti akan membagi resep cantiknya, hmm..
"Tau enggak? Bunda tuh, baru cantik selama sebelas tahun ini,"
"Haa? ah, Bunda bohong...emang Bunda operasi plastik?"
"Husss..jangan ngaco ah, kamu ada aja. Mau Bunda kasi tau?"
"Mauuuuu....mau, cepet Bun! nanti aku praktekin,"
"Oke, dengar baik-baik ya?" gadis kecil itu membetulkan posisi duduknya, seakan siap mendengar satu cerita penting yang akan mengubah hidupnya.
"Bunda, dulu juga jelek, karena tak sepenuhnya wudhuk membasuh wajah Bunda. Shalat Bunda masih bolong-bolong, jadi cahaya wajah Bunda kusam dan buram. Dulu, Bunda juga tidak mengenakan jilbab, kulit Bunda terbuka dan terkena sengatan debu dan matahari, maka kulit bunda dulu juga hitam dan kusam.” Bunda menarik nafas panjang dan melanjutkan.
 “Nah, setelah menikah dengan Ayah, Bunda menjadi perempuan yang cantik. Shalat Bunda tak lagi bolong-bolong sehingga cahaya wudhuk terpancar. Bunda juga menutup aurat sehingga kulit bunda terlindungi, jadi...Bunda sekarang putih bersih, hehe..gimana? udah tau resep cantiknya?" singkat saja petuah bunda, mata gadis kecil itu berbinar senang.
"Segitu aja, Bun?" suaranya begitu gembira.
"Ada lagi, mau dengar?"
"Mau..mau banget, Bun!"
"Perempuan cantik itu bukan dari wajahnya, tapi dari hatinya. Itu namanya aura,"
"Maksudnya?" mata si gadis kecil menyipit.
"Hati tidak boleh menyimpan iri, dengki, dendam. Kita harus mau mema'afkan, berkata jujur, lemah lembut, trus...jangan suka marah-marah, ya?"
"Ah..Bunda, tapi teman-teman terus mengejekku,"
"Sasha sayang...kalau kamu membalasnya dengan senyum, kamu pasti akan menjadi cantik, mereka akan diam dan kagum padamu. Karena marah dan dendam akan menghalagi kecantikan, bagaimana?" Perempuan yang halus lembut itu menjentik hidung anaknya. Sasha, anaknya yang berumur sepuluh tahun tersenyum cerah. Besok, dia akan menjadi perempuan yang cantik.
Benar saja, tidak harus menunggu esok. Sore itu juga Sasha melaksanakan ashar yang biasanya lolos karena les privat. Begitu juga maghrib, selepas sholat membaca Al Qur'an bersamanya. Seterusnya Isya sebelum tidur, subuh selepas bangun tidur. Ayahnya bertanya heran     "Bunda apain tuh, Sasha? biasanya sholat disuruh-suruh. Sekarang kok rela banget," Bunda tersenyum dan bercerita tentang kegelisahan gadis kecilnya, ayah tersenyum. "Syukurlah, berarti Bunda menjadi perempuan cantik setelah menikah, sukses buat Ayah," hahay..si Ayah memuji diri sendiri. Tapi tak apalah, karena itu adanya. Siang, kebahagian memancar dari segala penjuru rumah. Senyum si gadis kecil menjelma menjadi cantik. Dia belum baligh, tapi cahaya iman sudah memancar dari segala sudut wajah dan hatinya.
"Assalamu'alaikum, anak Bunda yang cantik...," sapaan hangat setiap pagi untuk bidadari yang cantik.

*untuk anakku yang cantik 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar