Jumat, 28 Desember 2012

LIBURAN KE PULAU PENANG Pulau Penang di Malaysia adalah salah satu tempat menarik untuk dikunjungi. Selain alamnya yang indah, menjelajahi Pulau penang tidak membutuhkan waktu yang lama, karena Pulau ini keciL, dengan luas ........(hmmm...ntar, cari data dulu ya? Hehehe). Untuk mengelilingi kota dan tempat-tempat menarik, anda dapat menggunakan jasa taxi yang disewa perjam. Harganya bervariasi, antara RM 25 sampai RM 40 per jam. Tapi ingat, jangan menggunakan taxi gelap, ya?. Taxi legal itu berwarna merah, sementara taxi gelap biasanya mobil biasa yang supirnya memelihara janggut putih (untuk berjaga-jaga, karena kita adalah turis). Biasanya, ada tulisan di taxi tidak diadakan tawar menawar. Tapi, ternyata tawar menawar itu sah saja, jadi lakukan dahulu transaksi sebelum anda memutuskan untuk menggunakan armada ini. Jika anda ingin bertualang dan punya waktu cukup, menggunakan jasa rapid (bus) jauh lebih menarik. Anda dapat mengetahui jalur rapid melalui peta yang biasanya tersedia di taxi atau bandara. Belanja, adalah bagian dari perjalanan liburan. Di Pulau Penang, ada beberapa tempat menarik yang dapat kita kunjungi untuk memenuhi hasrat belanja. Diantaranya adalah: 1. Queensbay. Plaza ini terletak di pinggir pantai dengan pemandangan yang sangat indah. Dari Plaza Queensbay, anda dapat memandang jembatan Penang dari kejauhan. Di tepi pantai juga tersedia kursi-kursi panjang yang dapat anda gunakan sebagai tempat istirahat setelah lelah berkeliling untuk berbelanja. Di Plaza ini tersedia barang-barang branded dengan kwalitas bagus. Produk-produk kerajinan juga ada dijual di sini, tas bagus hasil kerajinan tangan dibandrol seharga RM 50. Produk Vincci juga selalu ada sale di sini. Tapi jangan lupa untuk selalu menanyakan program-program sale dari toko. Karena biasa mereka selalu memberi discount untuk pembelian kedua dan berikutnya. 2. Prangin Mall. Mall ini terletak di Komtar, di tengah kota Penang. Jika anda melakukan perjalanan menggunakan Rapid (bus). Seluruh armada Rapid akan menuju Komtar karena di basment gedung adalah stasiun Rapid. Jangan bayangkan seperti stasiun bus di Indonesia, karena stasiun ini bersih dan rapi, bebas dari pedagang asongan ataupun pengamen. Anak saya mengatakan, stasiun Rapid sangat elegan. Di Perangin Mall, anda dapat membeli aneka produk. Berbagai merk branded ada di sini, juga termasuk toko Vincci yang menjadi favorit turis Indonesia. Tapi untuk kelengkapan dan trend mode, Queensbay masih lebih bagus. Untuk mendapatkan Tas fashion, anda dapat mengunjungi butik QQ. Tas di sini dibandrol mulai RM 29 sampai dengan RM 95, masih terjangkau kantong turis Indonesia. Jika anda kekurangan ringgit, di lantai dasar Mall anda akan menemukan Money Changer yang siap membantu. Di Mall ini anda juga banyak mendapatkan aneka souvenir khas Penang. Tapi saya tidak menyarankan anda untuk membelinya di sini, karena harganya sangat tinggi. 3. Penang Road. Masih di sekitar Komtar. Anda dapat menuju ke belakang gedung dan melewati jembatan penyeberangan yang cukup tinggi. Di sinilah, anda dapat membeli berbagai aneka buah tangan untuk oleh-oleh. Mulai dari gantungan kunci, topi, tas, T shirt, mancis, dll. Di sini, sama seperti pasar tradisional Indonesia. Anda dapat melakukan tawar menawar, jika tidak cocok anda boleh pindah ke tempat yang lain. Untuk gantungan kunci dijual per setengah lusin dan dibandrol mulai RM 5 sampai dengan RM 15. Sementara di Perangin Mall, harga gantungan kunci dijual seharga RM 3,9 satu buah. T shirt mulai harga RM 9 s/d RM 20, tergantung kwalitas kain. Jangan heran, di sini juga kita banyak mendapati daster batik seperti yang dijual di Indonesia. Jangan lupa, belanja di sini sama saja dengan belanja di prasar tradisional Indonesia. Tawar menawar berlaku sengit, dan anda adalah raja. Jadi, jangan takut untuk menawar serendah mungkin, ya?. 4. Mydin. Supermarket yang terletak di Penang Road. Di sini anda dapat membeli aneka asesoris. Mulai dari pin, kalung, gelang, dll. Koleksi pin yang cukup banyak pasti membuat anda bingung. Disarankan untuk benar-benar selektif sebelum membeli, pilih dengan tenang dan jangan emosional. Shoping memang menyenangkan, apalagi itu dilakukan di negara lain. Karena semua terasa berbeda. Tapi anda harus hati-hati menggunakan uang anda. Nilai mata uang yang berbeda sering membuat kita terkecoh. Kita pikir RM 100 itu murah, padahal sudah Rp. 300.000 lebih. Ada baiknya anda jeli menghitung. Jika menawar barang, cocokkan dengan mata uang kita. Jika anda menawar harga T shirt senilai RM 15, itu sama dengan Rp. 45.000, masih wajar. Jika penjual bertahan dengan harganya, anda cukup menaikkan penawaran RM 1 saja, jangan langsung anda naik menjadi RM 20. Ah...sepertinya, ibu-ibu pasti jago urusan tawar menawar, ya?. Oke sista, happy nice trip and happy shoping time.

Selasa, 25 Desember 2012

BELANJA DI PULAU PENANG

LIBURAN KE PULAU PENANG Pulau Penang di Malaysia adalah salah satu tempat menarik untuk dikunjungi. Selain alamnya yang indah, menjelajahi Pulau penang tidak membutuhkan waktu yang lama, karena Pulau ini keciL, dengan luas ........(hmmm...ntar, cari data dulu ya? Hehehe). Untuk mengelilingi kota dan tempat-tempat menarik, anda dapat menggunakan jasa taxi yang disewa perjam. Harganya bervariasi, antara RM 25 sampai RM 40 per jam. Tapi ingat, jangan menggunakan taxi gelap, ya?. Taxi legal itu berwarna merah, sementara taxi gelap biasanya mobil biasa yang supirnya memelihara janggut putih (untuk berjaga-jaga, karena kita adalah turis). Biasanya, ada tulisan di taxi tidak diadakan tawar menawar. Tapi, ternyata tawar menawar itu sah saja, jadi lakukan dahulu transaksi sebelum anda memutuskan untuk menggunakan armada ini. Jika anda ingin bertualang dan punya waktu cukup, menggunakan jasa rapid (bus) jauh lebih menarik. Anda dapat mengetahui jalur rapid melalui peta yang biasanya tersedia di taxi atau bandara. Belanja, adalah bagian dari perjalanan liburan. Di Pulau Penang, ada beberapa tempat menarik yang dapat kita kunjungi untuk memenuhi hasrat belanja. Diantaranya adalah: 1. Queensbay. Plaza ini terletak di pinggir pantai dengan pemandangan yang sangat indah. Dari Plaza Queensbay, anda dapat memandang jembatan Penang dari kejauhan. Di tepi pantai juga tersedia kursi-kursi panjang yang dapat anda gunakan sebagai tempat istirahat setelah lelah berkeliling untuk berbelanja. Di Plaza ini tersedia barang-barang branded dengan kwalitas bagus. Produk-produk kerajinan juga ada dijual di sini, tas bagus hasil kerajinan tangan dibandrol seharga RM 50. Produk Vincci juga selalu ada sale di sini. Tapi jangan lupa untuk selalu menanyakan program-program sale dari toko. Karena biasa mereka selalu memberi discount untuk pembelian kedua dan berikutnya. 2. Prangin Mall. Mall ini terletak di Komtar, di tengah kota Penang. Jika anda melakukan perjalanan menggunakan Rapid (bus). Seluruh armada Rapid akan menuju Komtar karena di basment gedung adalah stasiun Rapid. Jangan bayangkan seperti stasiun bus di Indonesia, karena stasiun ini bersih dan rapi, bebas dari pedagang asongan ataupun pengamen. Anak saya mengatakan, stasiun Rapid sangat elegan. Di Perangin Mall, anda dapat membeli aneka produk. Berbagai merk branded ada di sini, juga termasuk toko Vincci yang menjadi favorit turis Indonesia. Tapi untuk kelengkapan dan trend mode, Queensbay masih lebih bagus. Untuk mendapatkan Tas fashion, anda dapat mengunjungi butik QQ. Tas di sini dibandrol mulai RM 29 sampai dengan RM 95, masih terjangkau kantong turis Indonesia. Jika anda kekurangan ringgit, di lantai dasar Mall anda akan menemukan Money Changer yang siap membantu. Di Mall ini anda juga banyak mendapatkan aneka souvenir khas Penang. Tapi saya tidak menyarankan anda untuk membelinya di sini, karena harganya sangat tinggi. 3. Penang Road. Masih di sekitar Komtar. Anda dapat menuju ke belakang gedung dan melewati jembatan penyeberangan yang cukup tinggi. Di sinilah, anda dapat membeli berbagai aneka buah tangan untuk oleh-oleh. Mulai dari gantungan kunci, topi, tas, T shirt, mancis, dll. Di sini, sama seperti pasar tradisional Indonesia. Anda dapat melakukan tawar menawar, jika tidak cocok anda boleh pindah ke tempat yang lain. Untuk gantungan kunci dijual per setengah lusin dan dibandrol mulai RM 5 sampai dengan RM 15. Sementara di Perangin Mall, harga gantungan kunci dijual seharga RM 3,9 satu buah. T shirt mulai harga RM 9 s/d RM 20, tergantung kwalitas kain. Jangan heran, di sini juga kita banyak mendapati daster batik seperti yang dijual di Indonesia. Jangan lupa, belanja di sini sama saja dengan belanja di prasar tradisional Indonesia. Tawar menawar berlaku sengit, dan anda adalah raja. Jadi, jangan takut untuk menawar serendah mungkin, ya?. 4. Mydin. Supermarket yang terletak di Penang Road. Di sini anda dapat membeli aneka asesoris. Mulai dari pin, kalung, gelang, dll. Koleksi pin yang cukup banyak pasti membuat anda bingung. Disarankan untuk benar-benar selektif sebelum membeli, pilih dengan tenang dan jangan emosional. Shoping memang menyenangkan, apalagi itu dilakukan di negara lain. Karena semua terasa berbeda. Tapi anda harus hati-hati menggunakan uang anda. Nilai mata uang yang berbeda sering membuat kita terkecoh. Kita pikir RM 100 itu murah, padahal sudah Rp. 300.000 lebih. Ada baiknya anda jeli menghitung. Jika menawar barang, cocokkan dengan mata uang kita. Jika anda menawar harga T shirt senilai RM 15, itu sama dengan Rp. 45.000, masih wajar. Jika penjual bertahan dengan harganya, anda cukup menaikkan penawaran RM 1 saja, jangan langsung anda naik menjadi RM 20. Ah...sepertinya, ibu-ibu pasti jago urusan tawar menawar, ya?. Oke sista, happy nice trip and happy shoping time.

Senin, 01 Oktober 2012

CERPEN


ELEGI KATA
Rahimah Ib
           
            Angin sepoi menampar wajah pekat perempuan setengah baya yang sedang tergopoh menuju padang ilalang diujung kampung. Diangkat kainnya tinggi-tinggi agar langkah bisa diayunnya jauh-jauh, matanya merah saga, dadanya bergemuruh marah, giginya gemeretuk.
Beberapa orang yang dijumpai membuang pandang, tahu pada perempuan yang marah dan tak elok disapa, akan membuat suara perempuan ini pecah membuncah, meledak sampai kelangit.
Keluar kau anak jadah!, tak tau adat!! pecah suara perempuan itu, seperti petir. Dari dalam semak ilalang, muncul sepasang kepala.
Apa yang kau kerjakan dalam semak-semak anak syetan?, tak tau malu! membuat onar! Benar-benar kau anak jadah!. Perempuan itu terus merepet, si anak dara berwajah muda belia itu pias.
Aku hanya duduk-duduk Mak, menemani Bang Zami menunggui lembu pulang, gadis muda belia mencoba membela diri, pemuda pekat yang ada disampingnya pias tak berdarah.
Apa kau bilang? menunggu jantan ini menunggui lembunya pulang? dasar anak durjana, pandai sekali kau membohongi aku ibumu, darimana kau dilahirkan? dari lembu-lembu itu? dasar anak syetan tak tau adat!!,” bukan main marahnya perempuan paruh baya ini. Ditariknya tangan si anak dara kuat-kuat, seakan tangan halus itu terbuat dari baja.
 Pulang!!! Akan kau dapati pelajaran sesampainya di rumah.Si anak dara, Syarifah namanya turut bagai lembu dicucuk hidung. Si pemuda, Zamzami namanya diam tanpa daya bagai patung batu, tak bergerak.
Syarifah berjalan pasrah mengikuti langkah ibunya yang panjang-panjang, ia setengah berlari. Betapa ia sudah dapat merasakan aroma penghinaan dari ibunya, sumpah serapah, mulut ibunya sangat cepat bergerak, sama cepatnya ketika ia mengunyah sirih. Syukur jika tangan ibunya tak hinggap ke pipinya.
Syarifah sungguh tak mengerti, benarkah aku dilahirkan dari rahimnya?. Benarkah perempuan paruh baya ini adalah ibunya?. Bagaimana Syarifah harus ragu?, sejak kecil ia sudah bersama perempuan ini, disayang dimanja sampai semua berubah ketika ia menginjak masa remaja.

***

            Perempuan paruh baya itu memandang langit bertabur bintang, alangkah indahnya. Matanya tak berkedip seakan menghitung jumlah bintang, layaknya anak yang mendapat tugas guru belajar berhitung. Mata perempuan itu panas menahan air yang hampir tumpah, betapa ia selama ini hidup dalam kesalahan yang tak berujung.
 Ia, perempuan yang terbuang. Terbuang dari keluarga dan masa depan, terbuang dari atas nama kebahagiaan, terbuang dari apa yang pernah ia cita-citakan. Masih terngiang perkataan ayahnya pada satu waktu “ Janganlah kau keluar malam-malam Aisyah, tak baik anak dara ada dalam gelap,Ayah duduk di beranda rumah sambil membaca kitab, menasehati anak dara yang sering didapatinya keluar menembus gelap.
Aku tidak kemana-mana, Ayah. Aku ke rumah Asmidar mengerjakan tugas Sekolah, jawab perempuan itu mencoba meyakinkan.
            Kau tahu, Aisyah?. Syetan itu sangat menyukai kegelapan. Gelap itu adalah malam, ketika kau ada dalam gelap itu, syetan akan mendampingimu. Keluarlah siang hari ke rumah Asmidar jika memang kau ingin mengerjakan tugas Sekolah.” Itu kata Ayah si perempuan.
            Tapi apa nyana?, malam selalu menggoda hatinya, indahnya orkes musik dangdut yang ada dalam pesta, hawa dingin dan angin laut yang menerpa, harum tubuh orang yang ada disekitarnya dan lelaki remaja yang menggoda. Perempuan ini tak mampu berakal sehat, mengabaikan titah Ayah yang sangat menyintainya.    
            Gejolak masa remaja benar-benar meluluh lantakkan akal sehatnya, tak mampu ia bertarung melawan nafsu remaja. Maka ia akan sering keluar dari jendela, melepas jilbab dan mengurai rambutnya, ia akan larut bersama teman sebaya.
            Tahukah Ayah Ibu tercinta?, tidak! Ia akan rapat mengunci pintu kamarnya, menghidupkan tape bermusik kasidah dengan suara pelan dan sayup, seakan ia telah ditidurkan alunan itu. Hingga kemudian ia bertemu dengan Asiong, pemuda sipit yang kaya dan putih licin. Pemuda yang kemudian merayunya, mengajaknya terbang kebulan, menjanjikan keindahan tapi kemudian dihancurkan, dicampakkan, dipijak-pijak tak berdaya tanpa harga.
            Perempuan itu sujud di kaki Ayah memohon ampun, menghiba dan merintih ketika ia merasakan ada nyawa dalam perutnya. Tapi apa daya?, Ayah cukup kuat bertahan dalam pendiriannya. Kata-katanya sangat datar dan masih terngiang sampai sekarang.
             “Pergilah kau bawa tubuh najismu, tak sudi aku beranakkan engkau. Kau telah menodai garis keturunanku. Kau tahu Aisyah?, najismu akan turun beranak pinak, aku tak ingin itu.” Lelaki itu mengucapkan dengan kelu, tak peduli pada anak perempuannya yang meraung mohon ampun.
              “Ibu... ampuni aku....,” kini ia beralih pandang kepada Ibu yang duduk membatu disamping Ayahnya.
              Kami memberimu nama Aisyah , dengan harapan kau akan menjadi wanita indah seperti istri Rasul, wanita shalehah. Kau diberi pengajaran agama yang cukup, kau sholat, kau mengaji. Tapi syetan lebih berperan dalam darahmu, pulanglah kau kepada syetanmu. Tak sudi aku mendekat kepadamu.....,” air mata Ibu jatuh berderai-derai menandakan betapa hancurnya ia, tapi ia tetap duduk disamping Ayah, sama-sama membatu. Ayah perempuan itu  memberi kata penutup.
             Pergilah malam ini juga, bawa apa yang kau rasa perlu. Darahku ada dalam tubuhmu, tapi malam ini juga aku putuskan hubungan darah itu, pergilah. Jika kau masih ingin hidup, berjuang untuk hidupmu. Jika kau ingin mati, matilah yang wajar jika memang sampai waktu malaikat menjemputmu,” Ayah beranjak pergi menuju kamarnya. Tak ada yang bisa dilakukan perempuan itu selain tangis yang berkepanjangan, sesal tak berujung.
            Mulailah perempuan ini dengan hidupnya, terasing dalam sebuah kampung entah berantah. Mengaku kepada kepala kampung bahwa ia kematian suami, sehingga harus menanggung hidup sendiri dengan perut yang semakin membesar. Tak lagi ia membayangkan Asiong yang sudah mendapatkan perempuan barunya, kepada Ayah Ibu yang murka.
            Betapa ia  harus hidup sendirian, mengupas kerang, mengutip kelapa, mencungkil kopra untuk menyambung hidupnya. Tak ada lagi kamar hangat di rumah Ayah, yang ada hanya gubuk ditengah kebun kopra milik Haji Jali kepala kampung yang baik hati itu. Betapa pedih ketika ia harus meregang nyawa mengeluarkan orok yang seharusnya tak ada, dibantu Mak Jiah si dukun beranak. Suaranya melolong seperti anjing ditengah kebun kopra, lolongan yang penuh benci dan sesal tak berujung.
            Gadis kecil itu berkulit kuning gading, bermata sipit dan berambut lurus. Betapa rupanya menimbulkan cinta perempuan ini pada anak yang tak pernah diharapkannya. Di rawatnya sepenuh jiwa, disusui sepenuh cinta, disayang sepenuh manja. Tak ada yang kurang dirasa. Si Gadis kecil tumbuh remaja, ngiang-ngiang titah si Ayah terus merajai pikiran perempuan ini.
            Si gadis yang beranjak tumbuh remaja, Syarifah namanya, tak bisa berbuat apa-apa karena wajah Ibu yang penuh curiga. Mulailah perempuan ini hidup dengan sumpah serapahnya, siang malam. Syarifah akan meringkuk sepanjang malam dalam tanda tanya “ Oh..Ibu, seburuk itukah aku dalam pikiran dan bahasamu?.”

***
           
            Angin terasa kuat malam ini, agaknya gelombang laut akan tinggi. Perempuan paruh baya ini masih berdiri dipintu dengan jiwa resah tak terperi, anak gadis remajanya belum juga pulang. Malam semakin pekat, angin semakin kuat, dimana gadis itu berada?.
            Di ujung ladang menunggui Zami dengan lembunya?, tak mungkin, hari sudah gelap. Angin terasa menusuk tulang, dimana anak itu?, kemana harus dicari?, semakin berdenyut kepala perempuan ini. Ia mengupat dalam hati, menyumpahi anak gadisnya yang belum pulang, benar-benar perempuan ini lupa berkata bijak layaknya ibu bagi anaknya.
            Dari dalam gelap, muncul bayangan sepasang manusia. Perempuan itu menyipitkan matanya, berharap bayangan itu nampak jelas, dia tahu sekarang.....
              “Anak syetan!! Dari mana kau, haaa?, tak tahu diri! Berdua dalam gelap, anak jadah!, mulailah ia menyumpahi gadis itu, Syarifah.
             Aku memang anak syetan Mak!, aku anak jadah!, teruslah Emak sumpahi aku, sepanjang hari sepanjang waktu...,”tangis Syarifah pecah dibawa angin, ia belum pernah membantah Ibunya selama ini. Ia selalu menerima segala sumpah serapah itu, walau sakit dan pedih. Apakah Ibunya  tidak sadar akan semua perkataannya yang akan menjadi do’a?. Perempuan itu tertegun, melempar pandang pada pemuda yang ada disamping anak gadisnya, matanya menyipit, marah.
            Kau..Zami, apa maumu ha? Kemana kau bawa Syarifah?.” Suara perempuan itu semakin meninggi saja, Zami tak menjawab, lidahnya terasa kelu, tak mampu ia berkata. Bagi Zamzami, perempuan ini sangat menyeramkan, layaknya separuh hantu.
             Aku sudah ternoda Mak....aku hancur..!,” lirih  suara Syarifah. Perempuan itu terpekik, melotot dan tercekat sampai ke ulu hati.
             Tapi aku ingin menikahinya Ibu, aku sungguh......” belum selesai Zami berkata-kata, perempuan itu melompat-lompat bagai orang gila. Ia meraung-raung pilu.
              “Oh Ayahku sayang..... kau benar, aku hancur, anakku hancur, dan cucuku nanti juga akan hancur. Oh Ayah... kapan aku membersihkan darah keturunanmu. Oh Ayah... aku sudah membuka lembaran keturunan penzina. Oh Ayah... ampuni aku, ya Allah... ampuni aku, tolong akuuuu....” perempuan itu meratap-ratap, menarik-narik bajunya, berhamburan rambutnya.
            Syarifah menangis dalam takut, Zami terpaku bingung dalam sesal, dalam tanda tanya ibarat laut tak bertepi. Dari jauh azan Isya terdengar sayup berkumandang, perempuan itu berdiri seakan ingat sesuatu.
              “ Ya Allah... aku mau sholat! Aku mau sholat!...” ia berlari kebelakang rumah menuju perigi. Terdengar suaranya terus menyebut Asma Allah yang tak pernah disebut sebelumnya, terkadang lirih, terkadang menjerit-jerit.
            Syarifah semakin takut, apakah Ibunya  akan gila?. Syarifah menangis teramat sangat pilunya, tangisan mereka bersahut-sahutan. Zamzami duduk tepekur, menyesal….
Desember 11, untuk Ibu di seluruh dunia…

           
           

Kamis, 06 September 2012

SAMPAH. MASALAHKU, MASALAHMU, MASALAH KITA SEMUA.

Fren, saatnya berbagi informasi. Tanggal 4 sampai dengan 6 September kemarin, saya punya kesempatan untuk mengikuti Bimbingan Teknis lingkungan hidup. Materi yang dibahas seputar lingkungan hidup dan cara pengelolaan sampah serta daur ulang sampah organic dan non organic. Ternyata, masalah sampah bukanlah masalah sepele. Medan adalah kota besar berpenduduk 2 juta jiwa, seluas 26.510 hektar, terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Sampah yang dihasilkan perhari mencapai 1.543 ton, berarti tiap-tiap KK menghasilkan 500-600 gr sampah padat setiap hari. Kamu tahu? Sampah yang terangkut ke TPA hanya 68%, sisanya 32% belum terangkut, artinya itulah sampah yang masih Nampak berserakan di beberapa tempat di kota Medan dan sangat mengganggu pemandangan, uuiihh…ckckckck. Kawan, saya sering merasa “eneg” membicarakan masalah sampah. Tahu kenapa? Karena sampah adalah masalah yang sangat melelahkan buat saya pribadi. Saya pernah bercerita-kan? Bahwa sampah adalah bagian dari kegiatan rutinitas pagi saya. Setiap hari saya harus memasukkan sampah ke mobil, beserta putra-putri saya yang siap berangkat sekolah. Semua itu terpaksa dilakukan karena sekitar tempat tinggal saya tidak ada instansi yang bertanggung jawab mengelola sampah, plus saya juga tidak punya halaman yang bisa dibuat galian lobang sebagai tempat sampah. Saya tinggal di Kabupaten Deli Serdang yang berbatasan dengan Kota Medan, nah…ketika memasuki kota Medan banyak ditemukan sepanjang jalan tempat pembuangan sampah yang legal dan teratur. Maka, sampah itu akan saya buang di sana. Tragisnya, sering karena macet dan buru-buru, saya lupa menurunkan sampah. Ditambah lagi sifat lupa, karena otak saya terus menulis sepanjang jalan, sehingga saya lupa semua, termasuk lupa membuang sampah Jadilah sampah bertahan di mobil sampai sore hari ketika saya pulang bertugas. Kawan, bayangkan saja bagaimana aroma yang ditimbulkannya, ah…pengharum tak mampu meredamnya, heh. Ternyata, masalah pengelolaan sampah perlu kebijaksanaan dari kita manusia yang selalu memproduksi sampah. Sadar atau tidak, sampah itu adalah masalah. Jika kita hanya membuangnya saja ke tempat pembuangan sampah (seperti yang saya lakukan) itu bukanlah menyelesaikan masalah, tetapi memindahkan masalah. Memindahkan masalah sampah rumah tangga ke masalah sampah kota dan seterusnya. Di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) juga gunungan sampah tetap menjadi masalah bagi sekitar. Nah…bagaimana cara mengelola sampah yang baik, sehingga produksi sampah yang kita buang menjadi minim?, nih dia: 1. Pisah sampah organic dan non organic. 2. Untuk sampah organic, jika kita tidak mampu mengolahnya menjadi pupuk maka sebaiknya sampah ini bisa di”sumbangkan” kepada tetangga yang memiliki ternak seperti ayam, itik, dll. Sehingga makanan sisa, potongan sayur atau kulit buah menjadi sumber makanan bagi makhluk lain. Benar yang dikatakan ibu saya, beliau selalu memelihara ayam atau itik agar makanan sisa dapur masih bernilai manfaat. Tapi sayang, saya tidak memelihara satu jenis binatang-pun, walau hanya seekor kucing yang lucu. Saya tidak berani, bisa mengurus anak yang empat saja sudah syukur, konon mau mengurus binatang?, ckckckckck…. 3. Manfaatkan kertas dengan sebaik-baiknya. Jangan sedikit-sedikit meremas kertas dan membuangnya begitu saja. Jika kita mengkonsep sesuatu, gunakan sisi kertas yang yang masih kosong dan tidak terpakai lagi. Jika kertas tersebut sudah “penuh” tetap jangan diremas, tapi susun rapi dalam kotak dan ketika sudah cukup banyak dapat dijual kepada penampung barang bekas. Jika kita cukup kreatif, kertas ini juga dapat didaur ulang sehingga menghasilkan kertas yang bernilai ekonomi tinggi. Sisa plastic kemasan juga bisa dijadikan tas, topi, payung, dll 4. Nah…bagi ibu-ibu yang cantik (ehhmmm..). Kalau belanja ke Pasar, bawa keranjang, ya?. Jangan sedikit-sedikit minta plastic kresek dengan penjual, atau malah beli kantongan plastic yang besar. Tindakan ini menghasilkan sampah yang banyak di rumah. Bayangkan saja, jika kita belanja banyak jenis ikan, sayuran atau buah masing-masing menggunakan plastic, berapa plastic yang dibuang?. Jika kita meminimalisir penggunaan plastik saat belanja, alangkah bijaksananya. Kawan tahu? Limbah plastic tidak dapat diurai dalam tempo 100 tahun! (wwooowww…seremkan?). 5. Ketika membeli makanan, contoh: mie goreng, lontong, sate dll untuk dibawa pulang, bawalah wadah dari rumah (jangan gengsi ya?). Ini adalah tindakan mulia untuk mengurangi produksi sampah. Bahkan ada satu produk plastic terkenal yang mempromosikan tindakan ini, untuk go green Indonesia. Jika itu baik, why not?, lets do it!. 6. Jika ada sepatu bekas, pakaian bekas atau benda lain yang masih layak digunakan tapi tidak lagi kita butuhkan, ada baiknya disumbangkan kepada yang membutuhkan. Jika keluarga, tetangga kita semua sudah hidup layak. Ada baiknya barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam kardus, ikat rapi dan tulis atas kardus dengan tulisan yang jelas “PAKAIAN LAYAK PAKAI.” Letak kardus dengan rapi di sekitar pembuangan sampah (tapi jangan dicampur dengan sampah ya?). Saudara-saudara kita pemulung yang mulia tentu dengan senang hati menyambutnya. Kawan, jangan pernah memandang sebelah mata pada pemulung, tanpa mereka entah apa yang akan terjadi dengan dunia kita. Mau tidak mau, mereka adalah manusia mulia yang berjasa menyelamatkan bumi dengan cara mereka, menjadikan sampah sebagai sumber penghasilan. Kesimpulannya adalah, mari kita melakukan tindakan 3 R terhadap sampah yang kita hasilkan setiap hari, yaitu: 1. Reuse, berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau lainnya (menggunakan kertas bekas, memberi makanan sisa kepada ternak) 2. Reduce, berarti upaya mengurangi sampah yang dihasilkan setiap hari (membawa keranjang ketika belanja ke pasar, membawa wadah ketika membeli makanan) 3. Recycle, berarti mendaur ulang sampah menjadi produk baru yang bermanfaat (kertas yang didaur ulang, plastic pembungkus yang dibuat tas,dll). Oke, kawan yang baik. Ini sekedar oleh-oleh dari Bimtek lingkungan hidup yang diadakan Yayasan Perguruan Istiqlal Delitua Kabupaten Deli Serdang. Insyaallah, nanti saya akan usul juga supaya dilaksanakan ditempat saya bertugas, SMP Darussalam Medan. Tulisan kecil, semoga bermanfaat ya!. Semoga juga saya dapat mengelola sampah dengan baik, dan enggak stress lagi…hehehe.

Jumat, 27 Juli 2012

CERPEN "PESONA KERUPUK"

PESONA KERUPUK Rahimah Ib “Mama....laparr,” si bungsu mulai merengek. “Sebentar, ya sayang? Tuh ada permen, minum air putih aja dulu,” Annisa konsentrasi dibelakang stir. Annisa menarik nafas panjang, pukul empat sore, si bungsu memang punya selera makan yang sangat baik. Makan tak mengenal waktu, tubuhnyapun sangat subur. “Tapi Fari mau makan, Mama.Bukan mau minum.” “Kak Fa....masih ada roti?,” Annisa bertanya pada si sulung, yang mulai terganggu dengan rengekan adiknya. “Enggak ada, Ma. Habis,” “Mama....lapar,” “Sebentar sayang...orang sabar disayang Allah, ya?” Annisa mulai membujuk si bungsu yang mulai merajuk. “Rafi tuh Ma!. Makan aja yang dipikirin!, tadi di Sekolah jajannya juga udah banyak!,” Fara bersuara keras, jengkel. Suara mereka bersahut-sahutan. Suasana semakin tak nyaman, Annisa mencoba bersabar. Di lampu merah, mata Annisa tertumpu pada seorang pedagang kerupuk. “Kita beli kerupuk, ya? Kayaknya enak tuh, mau kan?,” cepat-cepat Fari mengangguk. Bibirnya ditarik tiga senti, tersenyum. Annisa menurunkan kaca jendela mobil, melambai kearah penjual kerupuk, lelaki itu mendekat. “Kerupuk, Ibu?,” suara yang sopan diiringi senyum yang luar biasa. Annisa tertegun. “Iya, Bang. Berapa?,” “Sepuluh ribu, Ibu. Untuk kebahagian pemuda kecil disamping Ibu,” senyum yang ramah dan ikhlas. Dia tersenyum kearah Fari, anak lelaki tujuh tahun itu tersenyum, seakan laparnya menguap naik keawan. Fari merasa bangga, disapa pemuda kecil. Suara dan bahasa lelaki penjuak kerupuk itu seharusnya diletakkan ditempat yang terhormat, suara dan senyum pesona berkelas. “Eh..iya, dua ya?,” Annisa menyerahkan uang dua puluh ribuan. Lelaki itu menerima dengan sopan dan senyum tetap mengembang. “Terimakasih,Ibu. Semoga selamat sampai rumah, dan kerupuk saya membawa berkah untuk pemuda kecil ini,” lelaki itu berlalu. Annisa masih tercenung, apa yang dikatakan lelaki itu adalah hal biasa yang tidak terlalu istimewa. Bukankah pedagang mencari simpati pelanggan?, itu sudah basi. Tapi tidak dengan lelaki yang ditemui hari ini, senyumnya penuh keikhlasan, cahaya matanya penuh dengan kehangatan, memandang Fari seperti pandangan seorang Ayah pada anaknya, tulus. “Mama!, lampunya sudah hijau!,” Fara berteriak dari jok belakang, Annisa tergeragap, klakson bertubi-tubi dari arah belakang, sopir angkot berteriak kasar. Annisa cepat-cepat menginjak gas, inilah Medan...batinnya. Semua orang tampak keras dan kasar, senyum si penjual kerupuk tadi terasa bagai embun muncul di siang hari. Langka, dan pasti tak pernah ada. Malam hari, senyum penjual kerupuk menjadi tema pembicaraan di kamar. Annisa berapi-api bercerita, suaminya yang tenang hanya senyum-senyum. “Sangat berkesan ya, Ma?,” “Iya, Pa. Gaya bicaranya seperti eksekutif, senyumnya tuluuus banget. Cocok jika dia berhadapan dengan costumer, semuanya pasti terkesan. Perusahaan beruntung punya karyawan seperti itu,” Annisa masih berapi-api. Ada juga harapan yang muncul tiba-tiba, siapa tahu suaminya ingin menolong lelaki itu. Mengangkatnya sebagai karyawan, bukankah lelaki itu punya pesona eksekutif?. Suaminya menutup buku yang sedang dibacanya, menatap dirinya dengan serius. “Itu tidak sesederhana yang Mama pikir. Bagaimana dengan pendidikannya? Pola pikirnya?. Yang Mama lihat itu hanya kulit luar, Mama kan ketemu di lampu merah, dalam hitungan detik saja. Jangan terlalu dipikirkan, nanti Papa enggak bisa tidur.” Suaminya mulai mengerling jenaka, Annisa melempar bantal dan terkekeh. Hari-hari berikutnya di lampu merah, kerupuk menjadi sajian spesial diperjalanan pulang. Padahal selama ini Annisa sangat selektif memilih makanan untuk anak-anaknya. Kerupuk adalah jenis makanan yang digoreng, bukankah minyak goreng sekarang sangat mengkhawatirkan?. Ada minyak goreng yang dibeningkan dengan plastik, agar minyak bekas yang berwarna gelap menjadi bening dan makanan yang digoreng garing. Atau minyak goreng yang dicampur lilin, agar makanan yang digoreng kelihatan cantik mengkilat. Annisa merinding, tapi pesona senyum sipenjual kerupuk telah mampu meluluh lantakkan prinsipnya. Senyum tulus, bahasa sopan yang membuat dirinya terharu setiap hari. Memandang si penjual kerupuk yang tak pernah merasa lelah, senyum tetap mengembang, seakan Allah menciptakannya hanya untuk tersenyum. Jika hari hujan, Annisa dan anak-anaknya akan kehilangan. Mencari-cari sipenjual kerupuk yang sedang berteduh di emperan pertokoan. Pernah juga mereka membeli kerupuk pada pedagang lain, tapi anak-anaknya protes karena kerupuknya tidak enak seperti kerupuk “oom jenggot”. Anak-anaknya menggelar lelaki itu dengan “Oom Jenggot” karena lelaki itu memang memiliki sedikit jenggot di dagunya. Annisa bingung mengapa rasa kerupuk itu bisa berbeda, Annisa sudah meneliti merek yang ada di plastik pembungkus. Sama saja. Kesimpulannya adalah lelaki itu menjual dengan ketulusan, senyum keikhlasan. Sama juga seperti makanan yang dihidangkan dengan senyum dan cinta, pasti berbeda dengan makanan yang dihidangkan dengan amarah atau cuek. Walau itu dari jenis yang sama. Satu kilometer menjelang lampu merah, jalanan macet parah. Annisa menarik nafas panjang, mencoba menenangkan dua anaknya yang sudah gelisah, berharap dapat segera menyapa “Oom jenggotnya”. Tapi kemacetan ini diluar kebiasaan, banyak orang berlarian kearah lampu traffic light, beberapa orang berbincang-bincang di pinggir jalan. Sepertinya ada yang tidak beres di depan sana, batin Annisa. “Ada apa, Dik?,” Annisa melongok keluar dari jendela mobil, bertanya kepada pemuda yang ingin menyeberang melintas dari depan mobilnya. “Kecelakaan, Bu!,” “Mobil atau sepeda motor, Dik?,” Annisa cemas, karena suaminya juga selalu melintasi jalan yang sama dengannya setiap hari. “Penjual kerupuk, Bu. Kakinya disambar truk..,” Annisa lunglai, ia lupa mengucapkan terimakasih pada pemuda yang sudah memberinya informasi. Pedagang kerupuk? Apakah lelaki yang punya senyum tulus dan membuat dia dan anak-anaknya jatuh hati?. Annisa terus berdo’a dalam hati, semoga bukan. Semoga Allah tidak lebih memberi cobaan pada lelaki itu, lelaki yang sangat ikhlas menjalani kehidupannya, keikhlasan yang terpancar dari senyumnya. Annisa tidak pernah lagi melihat si penjual kerupuk yang punya senyum ikhlas itu. Anak-anak kehilangan sosok “Oom Jenggot” yang tersenyum ramah menyapa, memanggil Rafi dengan “pemuda kecil”atau menyapa Fara dengan “gadis cantik”. Rutinitas membeli kerupuk pada perjalanan pulang tidak lagi dilakukan, anak-anak tidak mau kerupuk yang dijual pedagang lain. Jendela mobil tidak lagi dibuka pada Traffic Light, semua dingin. Sudah tiga bulan. Hati Annisa mengatakan, bahwa kecelakaan tempo hari telah menimpa “Oom Jenggot” anak-anaknya. Tapi dia sama sekali tidak tahu harus mencari kemana. Betapa Annisa merasakan kesia-siaan, ingin menolong tapi tidak menyegerakan, mengapa ia harus menunda untuk mengetahui tentang lelaki itu lebih banyak?. Bertanya sejenak tentang keluarganya, atau bertanya siapa namanya, atau dimana alamatnya?. Bukankah suaminya yang memiliki perusahaan besar mampu mempekerjakan lelaki tulus itu?. Mengapa menunda? Mengapa?. Lampu traffic light menyala merah, angka seratus dua puluh enam, Annisa menetralkan porsneling. Jendela mobil diketuk seseorang, Annisa menoleh dan segera menurunkan kaca jendela. “Assalamu’alaikumIbu,beli kerupuk?,” wajah berbingkai senyum tulus itu! Dia di sini!. “Oom Jenggot!! ,” Anak-anak berebut mencondongkan wajah ke kaca jendela depan, menyapa lelaki bersenyum tulus itu. Tapi Annisa ingin menangis, ada sesuatu yang berbeda. Lelaki itu menopang tubuhnya dengan tongkat diketiaknya, kakinya hanya satu yang sempurnamenopangtubuhnya. Sebelahkirihanyasebataspaha. “Oom... kaki Oom kenapa?,” Rafi merasa aneh terhadap pemandangan ini. “Ohh...sudah diambil Allah, karena Oom enggak hati-hati. Kamu pemuda kecil, harus hati-hati ya?.” Senyum itu tidak pernah berubah, walau lelaki itu sudah berkaki satu. Senyum tulus ikhlas tetap terpancar, membawa plastik berisi kerupuk dengan satu kaki bertopang kruk. Annisa meneteskan air mata, tak sepantasnya lelaki tulus itu disini. Ia harus menolongnya, segera! Tidak bisa lagi ditunda.

Kamis, 26 Juli 2012

CERITA RAMADHAN 2

PEMANDANGAN MIRIS Ramadhan mulia, selalu membawa cerita. Selepas subuh, matahari belum muncul. Aku dan suami bergerak untuk silaturrahim ke rumah teman sekaligus membicarakan beberapa urusan. Langit masih pucat, udara sejuk, angin semilir terasa nikmat di bulan Ramadhan. Belum jauh dari rumah, pemandangan tak sedap sudah menghadang mata, kucoba beristighfar dalam hati, semoga Allah menguatkan aku untuk tidak membahas pemandangan itu. Ah..beberapa pasang insan berkendaraan motor berpelukan tanpa beban, adduhh..bagaimana puasanya?. Jarak beberapa kilometer, kembali ditemukan tiga orang ABG berkendaraan motor memakai celana pendek yang ketika dia duduk nyaris seperti memakai celana dalam. Ya..Allah, gejala apa ini?. Kepalaku berdenyut-denyut, suami hanya berdecap sambil menggeleng-gelengkan kepala. Seingatku, ketika aku remaja, memang ada istilah “Asbuh” alias Asmara Subuh. Selepas sholat subuh, kami masih sempat tadarus di Mesjid. Kemudian kami jalan-jalan bersama teman, masih memakai sarung dan mukena. Memang laki-laki bersama kaumnya, dan perempuan begitu juga. Jika ada yang naksir, pakai ‘mak comblang’. Tapi, kawan…tak ada istilah boncengan, apalagi berpelukan pinggang layaknya suami istri. Ya Allah…zaman apa ini? Aku hanya bisa berdo’a semoga Allah melindungi anak dan generasiku dari kerendahan moral. Entahlah… Menjelang siang, kami pergi berbelanja, karena Alhamdulillah ada sedikit rezeki yang bisa dibelanjakan untuk keperluan lebaran anak-anak. Kami mendiskusikan tempat belanja, Ayah berpendapat kami sebaiknya berbelanja di Mall saja. Karena tempatnya nyaman, sehingga diharapkan anak-anak (terutama si bungsu) tidak tergoda puasanya karena haus dan lapar. Baiklah, mobil meluncur ke sebuah pusat perbelanjaan besar di kotaku. Sebelumnya kami singgah dulu ke Mesjid besar sekitar pusat perbelanjaan, menunaikan sholat Zuhur. Setelah itu kami kembali bergerak menuju Pusat Perbelanjaan yang dimaksud. Duhai…apa yang terjadi? Masih berjarak beberapa meter dari pintu masuk, aroma makanan sudah menyergap. Aroma kentang dan ayam di goreng, roti yang baru keluar dari oven sudah menyergap dan menari-nari di depan hidung. Betul, si bungsu sudah mendengus-dengus, tapi tak berani berkata apa-apa. Kami memaklumi saja dan pura-pura tidak tahu. Di dalam, food court juga tak berpengaruh pada suasana Ramadhan, resto-resto penuh, si bungsu mulai mengeluh, ah..beratnya. Di Departmen Store, lain lagi. Harga baju selangit, modelnya juga tidak terlalu bagus walau dari segi kualitas memang baik. Selera gadis remajaku memang ‘mengerikan’ aku harus mengeluarkan uang lima ratus ribu hanya untuk tiga potong atasan, peeuhh. Baiklah, tak mungkin diteruskan, ini bukan area kita. Tanpa basa-basi aku mengajak suami beralih saja ke pasar tradisional, aku harus logis untuk memenuhi kebutuhan empat anakku. Untuk menjaga keamanan puasa si bungsu, hanya aku dan kakak-kakaknya saja yang turun belanja, sementara si bungsu dan Ayahnya kembali ke Mesjid. Mesjid, adalah tempat yang sejuk dan nyaman untuk ibadah sekaligus beristirahat, si bungsu diajak menyimak ayahnya membaca Alquran. Alhamdulillah, di pasar tradisional semua didapat dengan murah dan kualitas yang bagus dan layak. Semua kebagian keperluan lebaran, syukurlah. Anak-anakpun menjadi senang dan tak mengeluhkan capek mutar-mutar pasar karena mamanya cerewet menawar harga (hihihi penyakit emak-emak).yOOK...nanti ada cerita Ramadhan lainnya..

Selasa, 24 Juli 2012

INFORMASI FAM INDONESIA

Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Motto: "Membina dengan Hati Calon Penulis Islami" SELAMAT DATANG DI RUMAH FORUM AKTIF MENULIS (FAM) INDONESIA Selasa, 03 Juli 2012 Panduan dan Formulir Pendaftaran Keanggotaan FAM Indonesia FAM INDONESIA Silakan panduan ini dibaca dan dipelajari. Didalamnya sudah dilengkapi info seputar Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Kami harapkan Anda segera bergabung dalam wadah kepenulisan nasional ini. Kita jalin silaturahim dan berbagi ilmu kepenulisan bersama penulis-penulis lainnya yang tergabung dalam wadah FAM Indonesia. Saat ini anggota FAM sudah cukup banyak dan berdomisili diberbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara. Di beberapa kota sudah mulai membentuk perwakilan/cabang FAM Indonesia. Kesempatan tidak datang dua kali. Kapan lagi bisa bergabung dan saling memotivasi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Semangat itu naik turun. Oleh karena itu perlu ada orang-orang yang bisa saling memberi motivasi agar semangat tetap stabil. Diharapkan, bisa konsisten menulis setelah bergabung dengan FAM Indonesia. Jika Anda siap menjadi anggota Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, silakan ISI FORMULIR dan kirimkan 1 contoh tulisan Anda, bisa berupa cerpen, puisi, esai, dan lainnya ke alamat email: forumaishiterumenulis@yahoo.com. Jika kesulitan lewat email, boleh dikirim lewat inbox facebook: “Aishiteru Menulis” atau fb: “Aliya Nurlela”. Tulisan tersebut nantinya akan diulas oleh tim penulis FAM Indonesia. Jika ada yang perlu ditanyakan, silakan kontak lewat facebook “Aliya Nurlela” atau nomor kontak kami: 081 259 821 511. Kami memiliki group di facebook untuk berbagi seputar dunia tulis menulis dan menampilkan kegiatan-kegiatan FAM Indonesia. Nama groupnya “FORUM AISHITERU MENULIS (FAM) INDONESIA”. Group ini untuk umum, baik anggota atau bukan dengan syarat beragama muslim. Menjadi anggota group ini, bukan berarti Anda telah menjadi anggota Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Menjadi anggota FAM Indonesia tetap harus mendaftar terlebih dahulu, mengisi formulir, mengirim contoh tulisan dan membayar registrasi keanggotaan (anggota resmi FAM Indonesia akan mengantongi Id Card FAM Indonesia). Anggota group tidak mendapat bimbingan khusus, hanya sekadar mendapat info up-date saja di dinding group. Sementara anggota group yang sekaligus anggota FAM Indonesia akan mendapat bimbingan khusus seputar dunia kepenulisan. Segeralah bergabung menjadi anggota Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia! Biaya registrasi keanggotaan FAM Indonesia sesuai tingkatan usia: Pelajar Rp. 60 ribu, Mahasiswa Rp. 65 ribu, Umum Rp. 75 ribu (Lebih jelas baca PROFIL FAM INDONESIA). Biaya registrasi termasuk sangat murah, sebab berlaku untuk jangka waktu 1 tahun keanggotaan, mendapat bimbingan, konsultasi khusus kepenulisan, peluang-peluang dalam bidang kepenulisan/penerbitan. Untuk mengikuti bimbingan menulis online disejumlah lembaga kursus, minimal peserta harus merogoh kocek sekitar Rp. 200 ribu - 1 juta untuk beberapa kali pertemuan. Dalam wadah FAM Indonesia tidak berlaku aturan itu. Registrasi keanggotaan FAM berbiaya murah. Kami harapkan, pengiriman biaya registrasi bisa bersamaan dengan pengiriman formulir dan tulisan Anda, atau selambat-lambatnya seminggu setelah pengembalian formulir. Pengiriman biaya registrasi keanggotaan ditransfer ke: ALIYAH NURLAELLA, BNI Cabang Kediri, Nomor Rekening: 0257598722, atau BRI CABANG MALANG UNIT KASEMBON, NO. REK: 6370-01-003143-53-3. Jika telah mengirim biaya registrasi, konfirmasi ke nomor Hp. 081 259 821 511. Kami persilakan Anda untuk ikut andil menyumbang buku-buku (baik baru atau bekas) untuk Taman Baca FAM Pusat (tidak keharusan). Semoga buku-buku tersebut akan memberi manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar, hingga semakin menumbuhkan cinta membaca dan menulis di kalangan generasi muda Indonesia. Salam aishiteru! ALIYA NURLELA Sekjen FAM Indonesia Bagaimana Cara Bergabung Menjadi Anggota FAM Indonesia? 1. Mengisi FORMULIR PENDAFTARAN 2. Mengirim satu contoh tulisan (cerpen, puisi, esai dll) saat pendaftaran 3. Membayar biaya registrasi (sesuai tingkatan usia) Jika semua syarat telah terpenuhi, maka yang bersangkutan bisa dinyatakan sebagai anggota resmi FAM Indonesia. Anggota resmi berhak mengikuti berbagai kegiatan FAM Indonesia, mengantongi Id Card, buku-buku karya anggota dipromosikan sepenuhnya oleh FAM Indonesia, dan dapat berpeluang menjadi pengurus cabang di masing-masing kabupaten/kota. Bagi anggota resmi FAM Indonesia dapat mengikuti Lomba Cipta Cerpen dan Cipta Puisi tingkat Nasional (gratis, tidak dipungut biaya) yang diadakan oleh FAM Indonesia setiap tahunnya. Anggota resmi juga berhak mencantumkan nama FAM sebagai identitas tulisannya, baik yang diposting di dalam group, status facebook, atau yang dikirim ke media massa (Contoh: Najla El Dyna, anggota FAM Malang). Salam aishiteru! ALIYA NURLELA Sekjen FAM Indonesia