Selasa, 26 Maret 2013

PEMUDA KEREN

Masih pagi, tapi suasana sekolah sudah mulaI ramai. Seperti biasa, aku memilih sarapan di sekolah daripada di rumah. Bukan apa-apa, ketika pagi aku selalu berpacu dengan waktu, jika telat berangkat maka bersiap-siaplah menghadapi macet. Anak-anak dan suami tentu sudah sarapan,mereka adalah prioritas. Aku lebih konsentrasi mempersiapkan semua; memasukkan semua peralatan keseharian ke mobil. Mulai dari tas ngaji si bungsu, pakaian ganti dan seragam madrasahnya juga bekal makan siang. Tak ketinggalan tas segala macam charger dan si Cepi (note book tercinta) tentu saja.
Seperti biasa, jika sarapan terlalu siang aku juga akan kleyengan alias pusing. Makanya, begitu sampai aku langsung sarapan. Menu andalan adalah segelas cappuccino dan sepotong roti bakar; menu yang membuat berat badan cepat naik . Tapi, pagi ini ada sesuatu yang lain. Seorang siswa berseragam abu-abu muncul di ruang guru. Kulitnya coklat, bermata terang dan bertubuh gempal. Dia membawa plastic kresek hitam besar, wajahnya penuh semangat. Aneh, beberapa teman langsung mengerubunginya, seperti semut menghampiri gula. Duhaaai..ternyata si pemuda membawa bungkusan mie goreng yang disiram kuah pecal, eheemm.
“Ayo, Ibu sarapan…” yups! Bahasa yang santun, senyum yang mengembang tujuh senti. Aku ditawari teman ambil satu bungkus. Si pemuda menyiram mie yang bungkusannya sudah kupegang dengan senang.
“Kamu yang jualan?” tanyaku basa-basi, kan enggak mungkin si Lili yang jual, hihihi.
“Iya, Bu”
“Calon orang sukses, nih!”
“Iya, Bu. Wira usaha, hehe,”
“Mie-nya enak. Salam buat ibu kamu, ya?”
“Iya, Bu.”
“Jangan malu dagang, ya? Yang kaya tuh pedagang, bukan pegawai,” lho? Basi banget, kan dia memang enggak malu, heleehh
“Amiin, makasih Ibu,” kembali bibir itu mengembang, kali ini malah sepuluh senti.
Sementara ia melayani kami, para guru. Aku terus memperhatikannya (sambil makan). Pemuda yang luar biasa, tidak malu atau gengsi. Alangkah bahagia orangtua yang telah membesarkannya. Memiliki seorang anak yang berjuang untuk masa depannya, hidup yang telah ditulis berupa skema sistematis dan perencanaan yang matang. Jujur, wajah coklat itu sangat terang benderang. Aura terpancar dari sebuah ketulusan, rasa syukur dan kasih sayang. Seorang pemuda keren dari SMA Darussalam, ah! Aku tak sempat bertanya siapa namanya. Aku terpesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar