Minggu, 03 Juni 2012

SURAT TERBUKA UNTUK ALIYA NURLELA SANG PURNAMA DALAM GELAP Sahabat, pagi cerah bersaput awan yang berarak memayungi langit kotaku. Seperti biasa, aku selalu bersemangat ketika berangkat kerja, utk mencerdaskan anak bangsa. Ketika aku tidak masuk kelas, aku akan bekerja menatap computer diselingi berselancar di dunia maya. Tahukah kau sahabatku? Mataku terpaku pada status Muhammad Subhan (Ketua Umum FAM) yang menyatakan tentang buku yang kau tulis “Insyaallah 100% sembuh”. Dadaku gemuruh bertanya, siapa perempuan hebat yang menulis buku ini?. Tanpa buang waktu, saat itu juga aku meng- add mu. Aku tak pernah menyangka jika engkau langsung mengkonfirmasinya. Aku pikir engkau sama seperti orang hebat yang lain, lelah untuk berteman. Tapi engkau tidak, aku meminta nomor teleponmu engkau beri dengan ringan saja, tanpa khawatir seperti orang hebat yang lain bila diminta nomor handphone-nya, takut terganggu. Sahabat, setelah itu persahabatan kita mengalir layaknya air sungai di kaki gunung, sejuk. Setiap hari aku merindukan senyum tulus di depan kain merah menyala itu. Aku merindukan kata-kata penyejuk yang terus engkau sebarkan layaknya gerimis yang tak mengenal musim. Aku juga merindukan suara beratmu yang bersahaja, tegas dan mempesona (belakangan aku tahu dari tulisanmu “Motivasi Seorang Kakak” bahwa engkau adalah vokalis dan pemain teater, pantas saja suaramu berkarakter kuat). Aliya sahabatku, kau mengajak aku untuk bersama di FAM. Pada saat aku terus berenang di dunia maya untuk mencari komunitas yang dapat membantuku bangun dari keputus asaan mendapatkan tulisanku yang tak jua berkembang. Aku tak pernah meragukanmu, aku sangat yakin itu. Yakin pada perjuangan pribadimu menghadapi tubuh sendiri, berjuang mempertahankan bayi mungilmu agar tetap bisa hidup dan besar berrsamamu dengan segala resikonya (belakangan aku juga tahu dari tulisanmu yang engkau posting di grup kita, FAM). Sahabat, tak semua perempuan mampu seperti itu, mungkin termasuk juga aku. Sahabatku, bukankah keyakinanku itu terbukti?. FAM baru berdiri selama tiga bulan. Tetapi gaungnya mampu menembus gunung, membahana di angkasa, menyusup ke relung-relung jiwa. Sahabat, percayalah, walau kita jauh tapi engkau selalu terasa dekat. Engkau adalah sahabat paling tulus yang mau berbagi yang pernah aku jumpai. Kau bergerak demi komunitas kita tanpa pamrih. Aku terharu membaca postingmu yang menceritakan betapa engkau bermandi keringat demi FAM, dan keringatmu tak pernah dibayar oleh siapapun dalam bentuk rupiah (hanya Allah yang akan membalas semua). Kau seperti cahaya rembulan yang pernah menyambut kehadiranmu di dunia, mampu menerangi kegelapan. Seperti engkau telah membawaku kedalam cahaya terang bersama FAM Indonesia. Andai kita dekat, aku akan memelukmu. Menyuntik energy positif dan vitamin untuk terus membangun semangat yang tak pernah padam. Kita akan bersama berjuang, bersama berkeringat, bersama menangis, bersama tertawa, bersama terus berbagi untuk sahabat FAM Indonesia. Tapi, jarak bukanlah menjadi penghalang bukan?. Walau kita jauh, tapi aku selalu merasa dekat, engkau mampu hadir dalam keseharianku, mampu membuatku terus bersemangat untuk mencapai apa yang aku cita-citakan. Aliya sahabatku, surat ini tulus aku haturkan untukmu. Bukan karena aku ingin menang dalam lomba yang sedang digelar. Karena sahabat FAM kita sangat hebat, semua punya kata yang indah untukmu. Aku tulus, karena Allah. Ah…sudahlah, aku sudah cukup menulis, mataku mulai basah, teman kantor mulai bertanya apa yang aku tulis sehingga aku begitu terharu. Nanti, aku akan menceritakan pada mereka, tentangmu tentu saja. Salam dari sahabatmu yang jauh Rahimah Ib FAM Medan, ID FAM 101U

Tidak ada komentar:

Posting Komentar