Senin, 04 Juni 2012

MARI, KITA GUNAKAN INTERNET POSITIF

MARI, KITA GUNAKAN INTERNET SECARA POSITIF Internet? Aha…every body love it!. Hari gini? Tanpa internet? Basi deeeh…. Tapi apakah semua bisa mengambil kesempatan baik yang diberi oleh teknologi hebat ini? Tentu saja tidak. Ada yang hanya main game hingga candu, sampai tidur terbayang-bayang pada game yang dimainkan, sampai terbawa mimpi segala, sampai hilang konsentrasi belajar atau kerja. Ada yang memanfaatkan internet untuk hal-hal ‘nakal’, melihat sesuatu yang tidak semestinya. Internet yang berkembang pesat sejak tahun 1981-1989 sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat modern. Masyarakat dari berbagai golongan memanfaatkan internet, pelajar, mahasiswa, pekerja sampai anak-anak dan ibu rumah tangga. Semua terasa mudah, mbah atau oom google menjelma jadi sosok yang serba tahu. Jadi, kalau cari sesuatu Tanya saja pada mbah atau oom google. Pencet keyboard, Tanya pada si Mbah, langsung muncul sreeet…sreeet… semua terjawab, mudah bukan?. Aku, termasuk manusia yang baru mengenal internet. Sebelumnya, ada sedikit pikiran miring tentang internet, maklum…masih awam. Ditambah lagi tidak ada jaringan internet di rumah, masa ibu-ibu harus ke warnet? Ah…malu dooong. Dua tahun lalu, kantor pasang wifi. Mulailah aku menjelajah, disela-sela kerja tentu saja. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya karena aku suka menulis. Timbul pertanyaan dalam hati, “Mengapa aku tidak memanfa’atkan hobiku? Sekaligus mencari sahabat-sahabat yang punya hobi sama?”. Aku mulai dengan Face book tentu saja. Mencari nama-nama penulis untuk menjadi sahabat, tapi ternyata penulis-penulis hebat itu sudah tak dapat lagi mengconfirm diriku untuk menjadi sahabat di dunia maya karena temannya sudah memenuhi kapasitas. Jadilah aku berteman dengan siswa-siswaku yang SMP, yang selalu buat status “unyu-unyu”, hahahaha…dasar anak-anak, kunikmati saja sambil tersenyum dan ‘marah’. Ternyata, semua beriring dengan waktu. Tak ada pencapaian datang dalam hitungan detik atau menit. Pada awal tahun dua ribu sebelas aku membuat blog sendiri, http://blogsbunda.blogspot.com yang isinya tentang aku dan tentu saja tulisan-tulisanku. Seiring waktu juga aku bertemu di dunia maya dengan Muhammmad Subhan salah seorang penulis dari Padang dan Aliya Nurlela penulis dari kota Kediri (baca Surat Terbuka Untuk Aliya Nurlela Sang Purnama Dalam Gelap). Akhirnya, aku dapat menemukan duniaku. Dunia yang membuat aku selalu bahagia, menekan tuts computer dengan berdebar-debar, beradu cepat dengan ide di kepala yang melesat layak meteor, duhai…senangnya berselancar dalam kata., merangkai cerita hingga menghasilkan makna. Tentu saja, aku melakukannya dengan hati dan sepenuh cinta. Dulu, ketika masih kuliah, aku merasakan kesulitan ekonomi karena aku lahir dari keluarga kurang mampu. Aku berjuang agar bisa belajar, jangan heran jika aku pernah minum air keran di kamar wudhu’ masjid kampus karena kehabisan bekal. Berjualan bandrek dengan gerobak malam hari karena bapak sakit. Aku dan mak menyorong gerobak sejauh dua kilometer tempat bapak biasa mangkal, karena kami tak bisa mengayuhnya. Aku tak pernah duduk di kantin kampus seperti anak-anak lain yang menghabiskan waktu sambil diskusi dan makan. Tempat favoritku adalah musalla dan masjid, karena aku nongkrong di situ tanpa harus mengeluarkan modal. Jika ada uang, aku manfaatkan untuk membeli buku. Kesulitan, kepayahan, kepedihan, jeritan. Itulah yang mendorong aku untuk menulis. Bukankah aku seorang wanita yang punya keterbatasan? Aku tak bisa mencari tambahan uang dengan bekerja kasar sepulang kuliah. Aku menulis, meminjam mesin ketik tetangga. Setiap hari mukanya masam, jika sudah begitu aku segera kembalikan mesin ketik miliknya. Aku menulis dengan tangan, berlembar-lembar folio. Kemudian, tanpa punya rasa malu aku pinjam lagi mesin ketik tetangga, begitu seterusnya. Aku bersusah payah berjalan ke kantor redaksi mengantar tulisanku, berharap dimuat. Dengan perjuangan, tulisanku sering dimuat di Koran local. Honornya aku ambil jika sudah terkumpul lumayan, bisa untuk membeli keperluan pribadi sehingga tidak merepotkan orangtuaku. Alhamdulillah, karena kerja keras aku juga mendapatkan beasiswa Supersemar dari kampus. Sering menjadi mahasiswa pilihan untuk mengikuti kegiatan di luar daerah. Sehingga aku pernah menginjak kota-kota besar di Indonesia sampai Makassar dan Bulukumba. Kini, semua sudah aku lewati. Kesedihan, kepedihan, perjuangan yang dahsyat untuk pencapaian masa depan. Kini aku hidup cukup, dalam arti tidak berlebihan. Bisa memberi tempat yang layak dan nyaman untuk keluarga. Dapat bekerja sambil mengontrol perkembangan mereka. Bisa pergi kerja tanpa diterpa panas dan hujan. Dianugerahkan Allah suami yang mendukung setiap langkahku. Bagaimana aku bisa melangkah sejauh ini tanpa ada dukungannya?. Dia yang rela aku abaikan jika sedang menulis, padahal ia sama sekali tak suka sastra. Jika aku Tanya pendapatnya, dia selalu mengatakan “mama hebat” padahal aku tahu dia tak selesai membaca tulisanku, hahaha… Ah…ma’af, aku melantur ya?. Ceritanya merembet kemana-mana, ma’af kawan. Back to topic ya?. Pertemuan dengan Aliya Nurlela di dunia maya mengantarkan aku ke FAM , Forum Aktif Menulis Indonesia. Sekali lagi kukatakan, aku memang sedang mencari komunitas yang mampu membuatku terus bersemangat menulis. Kini, aku terus menulis dengan sepenuh hati dan cinta, karena aku sudah merasakan candunya sampai ke ubun-ubun. Tidak seperti dulu yang menulis mengharapkan honor, kini aku menulis karena aku bahagia menulis. Urusan uang? Itu adalah rahasia dari Allah, insyaallah rezeki akan datang jika semua dilakukan dengan keikhlasan. “Barang siapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya” setuju?. Alhamdulillah, kini aku diberi amanah oleh FAM Indonesia untuk menjadi calon ketua cabang Medan. Aku kadang merasa lucu sendiri, mengapa harus Rahimah Ib? bukankah banyak penulis hebat di Medan?. Aku akan jawab sendiri ya? Karena hanya Rahimah Ib penulis yang bergabung di FAM Indonesia! (atau Cuma perasaan saja ya?) Hahaha...! tapi tak apalah. Semoga aku bisa memikul tanggung jawab ini, aku ingin banyak orang bisa menulis karena suka membaca. Prihatin juga melihat siswa yang bingung menulis, padahal hanya disuruh membuat narasi ringkas biodatanya saja, bingung saya. Jadi, untuk semua sahabat, handau taulan, saudara sebangsa dan setanah air. Mari kita gunakan internet untuk hal-hal positif. Mari kita mengekspresikan diri dengan menulis santun dan mampu menebar kebaikan untuk sekitar. Bukankah kita sudah diberi Allah banyak kemudahan?. Menekan tuts computer adalah pekerjaan ringan dibandingkan menekan tuts di mesin ketik yang ‘kletak…kletok…’ bukankah mengirim tulisan juga lebih mudah dengan email, dari pada mengirimnya melalui kantor pos atau seperti yang saya lakukan dulu, jalan kaki ke kantor redaksi?. Bagi teman, rekan, handai tolan, sodara sebangsa dan setanah air mari bergabung di FAM Indonesia, wadah penulis Islam dengan prinsip dakwah bil qalam. Untuk bergabung disini tidak harus penulis hebat, tapi kita sama-sama belajar di FAM Indonesia untuk menjadi penulis hebat. So…yok! Sama-sama kita manfaatkan internet secara positif. Bersama FAM Indonesia tentu saja, salam aishiteru

1 komentar: