Pemilu 2014 baru saja tadi
digelar. Entah mengapa, aku merasa gaungnya tak semegah dulu. Gaungnya kini
tidak lagi merdu, ibarat sebuah pesta, ini pesta kecil-kecilan saja, dengan 500
undangan yang dicetak ala kadar dan makanan hanya ada 4 macam. Pesta cepat
selesai, kursi cepat disusun, tikar cepat digulung dan lampu cepat dimatikan.
Apakah itu hanya perasaanku saja? Atau kamu juga merasakan hal yang sama?
Entahlah. Aku merasa, rakyat sudah lelah dengan polah tingkah wakilnya yang
duduk di kursi dewan kehormatan. Kursi empuk kulit coklat dengan sandaran
tinggi. Kursi yang membuat para wakil rakyat mengantuk dan tertidur ketika
rapat paripurna berlangsung. Sebegitu megah dan mewah kursi yang ingin diduduki
sehingga berbagai cara dilakukan, agar ‘ma’af’ bokong dapat dicecahkan.
Kelelahan melihat polah tingkah
wakil rakyat membuat masyarakat apatis. Siapa lagi yang dipercaya? Yang maling
dan yang alim saja sudah sama, siapa lagi yang amanah? Atau sebegitu parahkah
lingkungan dewan yang mampu menutup mata orang baik-baik menjadi orang bauk-bauk?
Hiks….
Ada beberapa
kasus yang saya saksikan secara pribadi, sangat menyimpang dari amanat rakyat.
Saudara dari keluarga kami, dari salah satu partai yang duduk di dewan
kehormatan. Semula, ia adalah seorang yang ‘lurus’, santun, jujur dan ramah
tamah. Tapi tiba-tiba ia mampu mengguncang dunia, ketika dimobilnya didapati
narkoba dan seorang wanita yang bukan istrinya. Dunia runtuh! Kehormatan
keluarga tercoreng, kehormatan partai dilindas, kehormatan dewan dibabat habis!
Keluarga mencecar pertanyaan- siapa tahu ini adalah jebakan yang bermuatan
politis. Tapi ia menjawab dengan berurai air mata “ma’afkan saya, saya khilaf”,
astaghfirullah
Hari
ini, setelah mencoblos saya tanpa sengaja mendengar dialog dua orang di warung
bakso. Dialog yang membuat hati saya ngilu dan pilu, lutut saya lemas
membayangkan betapa sedihnya para pahlawan yang telah memperjuangkan
kemerdekaan. Ada hubungannya kan?
A: “Kamu tadi
milih yang mana?”
B: “Yang
ngasinya gede lah (menyeringai empat senti, dua giginya mencuat keluar) Kalau
kamu?”
A: “Sebenarnya
aku mau pilih si D, tapi dia pelit kali, enggak kasi apa-apa, jadi aku milih si
E, lumayanlah dia ngasi 20 ribu”. Nah? Lho? Haaaa?...huuuaaa….siapa yang
salah, hayyo!
Ironi, bukan?
Kemudian meluncurlah dari mulut mereka debat politik kelas bawah. Intinya, “toh
nanti jika ia terpilih ia enggak akan ingat kita. Jadi, mending ambil hasilnya
sekarang walau sedikit”.
Kawan,
apakah kita harus apatis? Jangan! Apakah kita harus golput? Jangan! Jika kita
apatis dan memilih golput, bagaimana nasib bangsa ini? Bagaimana dengan
generasi kita yang akan mendiami dan tinggal di negeri ini? Dan..kita juga
jangan asal memilih, siapa yang ngasi sesuatu dia yang akan anda pilih. Ingat!
Ketika ia sudah memberi berarti ia juga harus segera mengganti dana yang sudah
ia keluarkan sebagai dana taktisnya untuk mendapat kursi. Naaahh.. itulah salah
satu factor penyebab munculnya koruptor di negeri kita, paham? Lho? Jika dia
sudah mengeluarkan dana banyak buat “nyogok”, maka ia harus segera mencari
gantinya untuk menutupi dana tadi. Maka, muncullah mark up, proyek abu-abu, komisi, penyusunan RAB yang tidak logis, dll,
dll. Jadi... jika anda memilih caleg yang memberi anda uang atau benda,
artinya anda sudah membuka peluang korupsi di negeri ini, gitu loohh… serem
kan? Money politic = Koruptor. Ayo!
Cepat istighfar… hehehe
Baiklah,
kawan. Mari kita berdo’a, siapapun yang
akan menduduki gedung agung Dewan Perwakilan Rakyat, semoga bangsa ini menjadi
lebih baik. Kesenjangan menurun, kemakmuran rakyat tercapai. Semoga anak-anak
bangsa mendapat pendidikan yang baik, kesehatan yang baik dan pembentukan
karakter yang baik. Semoga Indonesia
semakin jaya, disegani dunia Internasional. Semoga pemimpin kita konsisten,
tegas dan tak ada yang mampu mengobok-obok Indonesia tercinta, merdeka! Salam,
tetap semangat ya? Saya mengutip perkataan Ali Bin Abi Thalib RA: “Kezhaliman
akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karena DIAMNYA
ORANG BAIK”. Bagaimana pendapat anda? Setujukah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar