Waktu terus berjalan, segenap
upaya penyembuhan sudah dilakukan. Selepas berobat ke alternative (sinshe), rasa
nyeri di kaki Bila berkurang. Kursi roda tidak lagi digunakan, dia juga
sudah bisa naik turun tangga walau secara perlahan, Bila juga sudah bisa
melaksanakan sholat secara normal. Baik, pengobatan dianggap selesai. Tapi,
hatiku menyatakan Bila sebenarnya belum sembuh, kakinya masih pincang., Tidurnya
tidak lelap dan selalu gelisah, sekali-sekali ia mengerang. Aku harus terus
menjaganya. Syukurlah, dia sekolah dimana tempat aku juga bertugas, sehingga
aku masih bisa terus mendampinginya. Kami sudah diskusi, Bila sepertinya harus
kembali mengikuti terapi di rumah sakit dimana ia sebelumnya dirawat. Mungkin terapi
mampu mengembalikan posisi kakinya yang masih pincang dan dirasanya kaki kiri lebih
memanjang dari kaki kanan.
Suatu malam, Bila sedang belajar
di kamarnya untuk persiapan ujian semester. Tiba-tiba kami mendengar ia
menjerit menyebut asma Allah, dengan sontak aku dan ayahnya terlompat menghampirinya. Sama seperti kasus
sebelumnya, ia menangis, mengerang sambil memeluk buku pelajaran. Aku pilu,
mengelus kakinya yang katanya sakit di pergelangan kaki. Ayahnya menghembus
ubun-ubunnya sambil membacakan ayat-ayat dan zikir. Secara perlahan tangisnya
reda, pipi putihnya basah, matanya sembab memerah. Secara fisik Bila memang Nampak
berubah, kulitnya lebih bersih karena ia tak lagi mengikuti aktifitas di luar. Biasanya,
ia aktif di Pramuka sekolah, sanggar tari dan rajin sekali mengajakku berenang. Dia kini
terkungkung karena sakitnya dan selalu bertanya kapan ia akan kembali berkemah?
Situasi membuat kami harus cepat
mengambil keputusan, demi kesehatan Bila. Pengobatan medis sudah, alternative sudah,
tapi hasil masih belum memuaskan. Maka, kami mengambil keputusan akan membawa
Bila ke Penang. Malam itu juga kami
melacak harga tiket pesawat dengan harga paling murah. Jadwal keberangkatan kami
cocokkan dengan jadwal ayahnya yang akan berangkat ke Singapura -Kuala Lumpur
dalam rangka studi banding. Rencanaya, tanggal 24 nanti kami akan bertemu di
Penang. Semua sudah dirinci dengan teliti, kami harus berangkat dengan pesawat
pertama dan langsung ke rumah sakit. Dengan begitu, jauh lebih efektif dan “hemat”.
***
Apakah kami berhenti berobat
sementara menunggu keberangkatan? No! kali ini ada yang mengusulkan agar Bila
berobat ke “orangtua”. Kami bertanya, apakah “orangtua” itu pakai bunga dan
jampi-jampi? Ternyata tidak. “orangtua” ini menggunakan metode sholat dan zikir. Maka, kembali kami bawa Bila kesana. Karena
jam terbang si “orangtua” yang tinggi, pertama kali datang tidak bertemu dan
harus membuat janji untuk pertemuan berikutnya. Beliau menggunakan metode
zikir, Bila terus disuruh berzikir dan membaca beberapa surah pendek. Kami orangtua
diminta untuk membantu. Terjadi beberapa gerakan ghaib. Ditanya hasilnya kepada
Bila, katanya kakinya lebih ringan, langkahnya semakin panjang dan ia merasa
nyaman. Malamnya ia tidur sangat nyenyak, tidak lagi gelisah. Untuk ini, Bila
harus mengikuti tiga kali pertemuan, setiap dua hari sekali. Tapi, kakinya
masih saja pincang.
Apalagi yang bisa aku lakukan
sementara menunggu keberangkatan? Browsing! Sebelumnya, aku sudah capek
browsing tentang penyakit ini. Tapi entah mengapa tiba-tiba aku mengetik sesukanya
saja di search “PENYAKIT YANG MENYEBABKAN PANGGUL MIRING” – karena aku
tiba-tiba ingat hasil foto tulang Bila yang menggambarkan tulang belakangnya
sedikit bengkok dan panggulnya miring hingga kakinya panjang sebelah. Hasil searching
memuaskan dan terus mengantarku pada satu nama penyakit SKOLIOSIS. Skoliosis
merupakan kelainan pada tulang belakang yang membuat postur tubuh seseorang
menjadi tidak tegap. Normalnya, tulang punggung itu lurus. Tetapi pada
penderita skoliosis, tulang punggungnya jadi melengkung, menyerupai huruf S
atau huruf C. Penyebab skoliosis belum diketahui secara pasti. Ada yang karena
keseringan bawa barang berat, ada yang karena keseringan duduk miring-miring,
dan katanya ada yang karena keturunan atau disebabkan kejang otot. Semua semakin
jelas. Bukankah Bila sebelumnya olahraga di sekolah? Prediksi pertama ia
mengalami kejang otot. Bukankah bisa saja Skoliosis itu berawal dari kejang
otot tersebut? Berarti masalah Bila bukan di syaraf, melainkan tulang. Metode penyembuhan
bisa dilakukan dengan operasi untuk kasus kemiringan yang berat dan terapi
untuk kasus kemiringan yang ringan dan sedang- semoga Bila masuk kasus ringan,
ya?
Semua terasa semakin jelas, tapi
yang menjadi pertanyaan adalah “MENGAPA DOKTER TIDAK MENDIAGNOSA JIKA BILA
MENGALAMI SKOLIOSIS?” Bukankah Bila juga ditangani oleh dokter orthopedic? Entahlah,
dokter is a human, right? Dan itu menuntut kita untuk lebih cerdas.