Rabu, 11 Juni 2014

EPISODE MENDUNG GADISKU (3)




                Waktu terus berjalan, segenap upaya penyembuhan sudah dilakukan. Selepas berobat ke alternative (sinshe), rasa nyeri di kaki  Bila berkurang.  Kursi roda tidak lagi digunakan, dia juga sudah bisa naik turun tangga walau secara perlahan, Bila juga sudah bisa melaksanakan sholat secara normal. Baik, pengobatan dianggap selesai. Tapi, hatiku menyatakan Bila sebenarnya belum sembuh, kakinya masih pincang., Tidurnya tidak lelap dan selalu gelisah, sekali-sekali ia mengerang. Aku harus terus menjaganya. Syukurlah, dia sekolah dimana tempat aku juga bertugas, sehingga aku masih bisa terus mendampinginya. Kami sudah diskusi, Bila sepertinya harus kembali mengikuti terapi di rumah sakit dimana ia sebelumnya dirawat. Mungkin terapi mampu mengembalikan posisi kakinya yang masih pincang dan dirasanya kaki kiri lebih memanjang dari kaki kanan.
                Suatu malam, Bila sedang belajar di kamarnya untuk persiapan ujian semester. Tiba-tiba kami mendengar ia menjerit menyebut asma Allah, dengan sontak aku dan ayahnya  terlompat menghampirinya. Sama seperti kasus sebelumnya, ia menangis, mengerang sambil memeluk buku pelajaran. Aku pilu, mengelus kakinya yang katanya sakit di pergelangan kaki. Ayahnya menghembus ubun-ubunnya sambil membacakan ayat-ayat dan zikir. Secara perlahan tangisnya reda, pipi putihnya basah, matanya sembab memerah. Secara fisik Bila memang Nampak berubah, kulitnya lebih bersih karena ia tak lagi mengikuti aktifitas di luar. Biasanya, ia aktif di Pramuka sekolah, sanggar tari  dan rajin sekali mengajakku berenang. Dia kini terkungkung karena sakitnya dan selalu bertanya kapan ia akan kembali berkemah?
                Situasi membuat kami harus cepat mengambil keputusan, demi kesehatan Bila. Pengobatan medis sudah, alternative sudah, tapi hasil masih belum memuaskan. Maka, kami mengambil keputusan akan membawa Bila ke Penang. Malam itu  juga kami melacak harga tiket pesawat dengan harga paling murah. Jadwal keberangkatan kami cocokkan dengan jadwal ayahnya yang akan berangkat ke Singapura -Kuala Lumpur dalam rangka studi banding. Rencanaya, tanggal 24 nanti kami akan bertemu di Penang. Semua sudah dirinci dengan teliti, kami harus berangkat dengan pesawat pertama dan langsung ke rumah sakit. Dengan begitu, jauh lebih efektif dan “hemat”.
***
                Apakah kami berhenti berobat sementara menunggu keberangkatan? No! kali ini ada yang mengusulkan agar Bila berobat ke “orangtua”. Kami bertanya, apakah “orangtua” itu pakai bunga dan jampi-jampi? Ternyata tidak. “orangtua” ini menggunakan metode sholat dan  zikir. Maka, kembali kami bawa Bila kesana. Karena jam terbang si “orangtua” yang tinggi, pertama kali datang tidak bertemu dan harus membuat janji untuk pertemuan berikutnya. Beliau menggunakan metode zikir, Bila terus disuruh berzikir dan membaca beberapa surah pendek. Kami orangtua diminta untuk membantu. Terjadi beberapa gerakan ghaib. Ditanya hasilnya kepada Bila, katanya kakinya lebih ringan, langkahnya semakin panjang dan ia merasa nyaman. Malamnya ia tidur sangat nyenyak, tidak lagi gelisah. Untuk ini, Bila harus mengikuti tiga kali pertemuan, setiap dua hari sekali. Tapi, kakinya masih saja pincang.
                Apalagi yang bisa aku lakukan sementara menunggu keberangkatan? Browsing! Sebelumnya, aku sudah capek browsing tentang penyakit ini. Tapi entah mengapa tiba-tiba aku mengetik sesukanya saja di search “PENYAKIT YANG MENYEBABKAN PANGGUL MIRING” – karena aku tiba-tiba ingat hasil foto tulang Bila yang menggambarkan tulang belakangnya sedikit bengkok dan panggulnya miring hingga kakinya panjang sebelah. Hasil searching memuaskan dan terus mengantarku pada satu nama penyakit SKOLIOSIS. Skoliosis merupakan kelainan pada tulang belakang yang membuat postur tubuh seseorang menjadi tidak tegap. Normalnya, tulang punggung itu lurus. Tetapi pada penderita skoliosis, tulang punggungnya jadi melengkung, menyerupai huruf S atau huruf C. Penyebab skoliosis belum diketahui secara pasti. Ada yang karena keseringan bawa barang berat, ada yang karena keseringan duduk miring-miring, dan katanya ada yang karena keturunan atau disebabkan kejang otot. Semua semakin jelas. Bukankah Bila sebelumnya olahraga di sekolah? Prediksi pertama ia mengalami kejang otot. Bukankah bisa saja Skoliosis itu berawal dari kejang otot tersebut? Berarti masalah Bila bukan di syaraf, melainkan tulang. Metode penyembuhan bisa dilakukan dengan operasi untuk kasus kemiringan yang berat dan terapi untuk kasus kemiringan yang ringan dan sedang- semoga Bila masuk kasus ringan, ya?
                Semua terasa semakin jelas, tapi yang menjadi pertanyaan adalah “MENGAPA DOKTER TIDAK MENDIAGNOSA JIKA BILA MENGALAMI SKOLIOSIS?” Bukankah Bila juga ditangani oleh dokter orthopedic? Entahlah, dokter is a human, right? Dan itu menuntut kita untuk lebih cerdas.